26 Feb Giling Perdana Pabrik Gula Sei Semayang Kebangkitan PT PN 2
DELI SERDANG ~Nusantaranews~ Pabrik Gula Sei Semayang melakukan giling perdana tebu, Selasa (25/02/2020). Setiap hari Pabrik Gula Sei Semayang dan Kwala Madu mampu mengolah 4.000 ton tebu menjadi 280 Ton Gula komsumsi. Gilang perdana setelah 5 tahun tidak beroperasi, diharapkan jadi momentum kebangkitan PT Perkebunan Nusantara 2.
Masa giling perdana nasional pabrik tebu holding PT Perkebunan Nusantara dimulai di pabrik tebu Sei Semayang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Karena masa giling pabrik tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur baru dimulai usai lebaran atau bulan Juni hingga Juli.
Selain memenuhi kebutuhan gula konsumsi menjelang dan saat lebaran, produksi tebu ini diharapkan dapat meningkatkan produksi tebu 800-900 ribu ton atau 30 persen dari kebutuhan gula konsumsi nasional.
Masa giling perdana pabrik tebu Sei Semayang milik PT PN 2 ditandai dengan pelemparan tebu manten oleh pimpinan holding PT Perkebunan Nusantara serta pimpinan Forum komunikasi pemerintah daerah Sumatera Utara.
Setiap hari pabrik tebu Sei Semayang dan Kuala Madu mampu mengolah 4.000 ton tebu setiap hari. Dengan rendemen 7 %, dua pabrik tebu di Sumatera Utara ini mampu memproduksi sekitar 280 ton gula konsumsi setiap hari. Guna memasok kebutuhan pabrik, kebun tebu seluas 8.500 hektar milik PT PN 2 siap dipanen.
Produksi pabrik tebu di Sumatera Utara diharapkan dapat memasok kebutuhan gula konsumsi sebelum dan saat lebaran. Karena masa giling tebu di Jawa Timur dan Jawa Tengah baru dimulai usai lebaran atau bulan juni dan juli.
Produksi pabrik tebu di Sumatera Utara diharapkan dapat meningkatkan produksi holding PT PN 800.000 hingga 900.000 ton gula per tahun. Sehingga holding mampu menyumpang 30 persen dari produksi nasional sebanyak 2.200.000 ton gula.
Produksi tebu ini sangat strategis untuk menuju swasembada gula dan menekan impor. Karena kebutuhan gula di Indonesia lebih besar dari pasokan yang tersedia. Kebutuhan gula konsumsi nasional mencapai 3.000.000 ton per tahun. Menyebabkan Indonesia masih harus impor kekurangan sekitar 800.00 ton setiap tahun.
“Dari aspek PTPN grup pabrik ini sangat spesial karena masa giling yang pertama. Kita tahu secara suplay –demand, sekarang ini demand lebih tinggi dari suplay-nya. Jadi keberhasilan giling sangat strategis bagi holding untuk membantu pemerintah mengurangi ketergantungan terhadap impor. Pabrik kita di Sumut bukan yang terbesar. Pabrik kita lebih 20 di Indonesia terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Musim giling di Jawa Timur dan Jawa Tengah baru mulai setelah lebaran, Juni-Juli sampai dengan 6 bulan. Masa sekarang sampai puasa lebaran sangat stretegis bisa membantu mulai minggu depan. Kebutuhan nasional untuk domestik atau konsumsi bukan industry itu 3 juta ton. PTPN grup punya kapasitas 800 ribu, jadi total produksi nasional ermasuk swasta 2,2 juta ton. Untuk gula konsumsi saja ada gap 800 ribu ton, total PT PN akan memproduksi 800-900 ton sekiar 30 persen dari kebutuhan nasional,” ujar Direktur Pemasaran Holding PT Perkebunan Nusantara, Dwi Satoro kepada wartawan usai meninjai Pabrik Gula Sei Semayang.
Giling perdana pabrik tebu sei semayang diharapkan mampu meningkatkan produksi gula di Sumatera Utara. Produksi lakukan setelah 5 tahun pabrik ini tidak beroperasi . PT PN 2 mengaktifkan kembali setelah tersedia lahan seluas 8.500 hektare.
Direktur Utama PTPN 2, M. Iswan Achir, didampingi Kabag Sekretariat Iwan dan Koordinator Humas PTPN II, Sutan Panjaitan, mengatakan, PTPN II selama ini memiliki dua pabrik gula, yakni Pabrik Gula Kuala Madu dan Pabrik Gula Sei Semayang yang kapasitas penggilingannya 4.000 ton tebu per hari.
“Baik kuala madu maupun sei semayang mengolah 4 ribu ton per hari yang digiling harian. Kondisi ini akan memacu produktivitas yang ada di lapangan. Tujuannya mendapat giling gula kualitas baik, cakupan giling sesuai standar, secara Kontiunitas harapan kita bisa memenuhi gula di Sumut karena wilayah sumut hanya ada 2 pabrik gula Kuala Madu dan Sei Semayang,” ujar M. Iswan Achir kepada wartawan.
Beroperasinya pabrik gula Sei Semayang diharapkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga dapat menurunkan harga gula di pasaran. Termasuk mengurangi impor gula.
“Pabrik gula ini kita berharap, kebutuhan gula di Sumut tidak banyak impor yang masuk. Dengan pabrik gula harga gula dapat terpengaruhi penurunan harganya. Kita berharap kapasitas pabrik terus meningkat karena kebutuhan gula di Sumut masih jauh kekurangannya dari produksi Kuala Madu dan Sei Semayang. Diharapkan dapat mensuplay kebutuhan gula sumut. Memang kita harus inventarisir asset terkhusus BUMN perkebunan , hamparna luas mungkin lahan tidak produktif atau berdekatan dengan masyarakat ada 1.500 hektar yang bersinggungan dengan masyarakat,” ujar Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajekshah.
Gula menjaga keberlangsungan pabrik gula Sei Semayang PT PN 2 masih mengalami kendala kurangnya lahan. Dibutuhkan lahan 11.000 hektare untuk melancarkan produksi. Sementara lahan seluas 1.500 haktar yang ada saat ini digarap dan diduduki warga.
Sejarah: Pabrik gula Sei Semayang berdiri tahun 1982. Saat dimulainya proyek pengembangan industri gula (PPIG) di Sumatera Utara. Perkembangnnya sampai tahun 1996 yang ditandai dengan peleburan beberapa BUMN yang membuat pabrik Sei Semayang ini berkembang.
Latar belakang berdirinya pabrik gula Sei Semayang karena didorong untuk menggunakan lahan milik PTPN IX agar lebih berdaya guna yang sebelumnya lahan perkebunan tembakau. Kemudian, diambil kebijakan untuk mengadakan diversifikasi atau penganeragaman tanaman dengan penanaman coklat, kelapa sawit dan tebu. Percobaan tanaman tebu merupakan awal dari pendirian Pabrik Gula Sei Semayang yang dimulai tahun 1975 oleh proyek pengembangan industri gula (PPIG). Setelah produksi pertama Tahun 1982 sampai tahun 1996, hasil produksi mengalami pasang surut ditiap tahunnya akibat faktor lahan tenaga kerja dan produksi. Seiring pasang surutnya bisnis, maka Tahun 2014 pabrik tebu Sei Semayang ditutup. (AS)
No Comments