USU Kampus Riset Terbaik 4 di Indonesia Versi Scimago 2024

RISET: Universitas Sumatera Utara (USU) meraih posisi keempat terbaik di Indonesia untuk kategori riset dalam pemeringkatan yang dirilis lembaga pemeringkatan dunia Schimago 2024.(Foto: Humas USU)

USU Kampus Riset Terbaik 4 di Indonesia Versi Scimago 2024

MEDAN ~Nusantaranews– Universitas Sumatera Utara (USU) meraih posisi keempat terbaik di Indonesia untuk kategori riset dalam pemeringkatan yang dirilis lembaga pemeringkatan dunia Schimago 2024. Di atas USU ada Universitas Indonesia di posisi pertama, kedua Universitas Gadjah Mada dan ketiga Universitas Diponegoro.

Rektor USU Prof Muryanto Amin mengatakan capaian peringkat USU khususnya di bidang riset pada pemeringkatan Scimago pada tahun ini merupakan buah dari konsistensi dalam perubahan yang dilakukan. “Terima kasih kepada seluruh civitas akademika USU yang telah berkontribusi dan semoga di tahun berikutnya kita bisa lebih baik,” ujar Prof. Mury dalam keterangannya, Sabtu (27/4).

Kepala Humas Promosi dan Protokoler, Amalia Meutia, MPsi, Psikolog menambahkan USU pada tahun ini berhasil melesat ke posisi keempat dalam kategori riset berdasarkan penilaian dari Scimago dengan berbagai indikator.  Di antaranya yaitu dampak normalisasi, indikator ini dihitung dari output kepemimpinan institusi, menggunakan metodologi yang ditetapkan oleh Institut Karolinska di Swedia yang diberi nama Item oriented field normalized citation score average.

Kemudian, excellence with Leadership (EwL), excellence with Leadership menunjukkan jumlah dokumen dalam Excellence yang mana institusi menjadi kontributor utamanya (Moya-Anegón, et al., 2013). Indikator yang bergantung pada ukuran. Output (O), jumlah total dokumen yang dipublikasikan di jurnal ilmiah yang terindeks Scopus. Not Own Journals Output (NotOJ): jumlah dokumen yang tidak diterbitkan pada jurnal milik sendiri (diterbitkan oleh institusi). Own Journals (OJ): jumlah jurnal yang diterbitkan oleh institusi.

“International Collaboration (IC), yakni output institusi yang dihasilkan melalui kerja sama dengan institusi luar negeri. Nilai-nilai tersebut dihitung dengan menganalisis keluaran lembaga yang afiliasinya mencakup lebih dari satu alamat negara. Publikasi Berkualitas Tinggi (Q1), yaitu jumlah publikasi yang diterbitkan suatu institusi di jurnal ilmiah paling berpengaruh di dunia. Ini adalah peringkat di kuartil pertama (25%) dalam kategorinya sesuai urutan berdasarkan indikator SCImago Journal Rank (SJRII),” ujar Amalia.

Kemudian ada Keunggulan (Exc), yang  menunjukkan jumlah keluaran ilmiah suatu institusi yang termasuk dalam 10% teratas makalah yang paling banyak dikutip di bidang keilmuannya masing-masing. Ini adalah ukuran tingginya keluaran lembaga penelitian. Scientific Leadership (L), sebuah kepemimpinan menunjukkan besaran keluaran suatu lembaga sebagai kontributor utama, yaitu jumlah makalah yang penulis korespondennya termasuk dalam lembaga tersebut.

Seterusnya adaa Open Access (OA), persentase dokumen yang dipublikasikan di jurnal Open Access atau terindeks di database Unpaywall. Scientific Talent Pool (STP), jumlah penulis berbeda dari suatu institusi dalam total keluaran publikasi institusi tersebut, selama periode waktu tertentu.

Faktor inovasi juga menentukan, seperti innovative Knowledge (IK), keluaran publikasi ilmiah dari suatu lembaga yang dikutip dalam paten, brdasarkan PATSTAT (http://www.epo.org). Dampak Teknologi (TI), persentase keluaran publikasi ilmiah yang dikutip dalam paten.

“Persentase ini dihitung dengan mempertimbangkan total keluaran di bidang-bidang yang disebutkan dalam paten, yaitu ilmu pertanian dan biologi, biokimia, genetika dan biologi molekuler, teknik kimia, kimia, ilmu komputer, ilmu bumi dan planet, energi, rekayasa, ilmu lingkungan, dan lainnya. Serta Paten (PT), yakni jumlah permohonan paten berdasarkan PATSTAT,” imbuhnya.

Selanjutnya indikator penilaian untuk menilai dampak sosial, seperti Altmetrics (AM) yang memiliki dua komponen yaitu, metrik PlumX yang mempertimbangkan penyebutan di Twitter, Facebook, blog, berita, dan komentar. Serta mendeley dengan jumlah dokumen yang memiliki setidaknya satu pembaca di Mendeley.

“Ukuran web (WS), jumlah halaman yang terkait dengan URL institusi menurut Google  serta Skor Otoritas (AScore), unsur indikator ini dapat dianggap sebagai evolusi dari indikator inbound links yang lama. Ini adalah metrik komposit yang dikembangkan oleh Semrush untuk mengukur kualitas keseluruhan dan kinerja SEO sebuah situs web. Lalu ada Sustainable Development Goals (SDG), sejumlah dokumen terkait SDG yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

“Berikutnya ada Female Scientific Talent Pool (FemSTP), sejumlah penulis karya ilmiah perempuan yang berbeda-beda dari suatu institusi. Serta terakhir dampak dalam kebijakan publik – Overton (OV), yakni jumlah dokumen institusi yang dikutip dalam dokumen kebijakan menurut database Overton,” katanya.

Amalia Meutia menjelaskan semua indikator-indikator tersebut telah mengalami progres yang signifikan sehingga USU mendapat peringkat keempat universitas terbaik di Indonesia untuk kategori riset.(Agus)

Facebook Comments
No Comments

Post A Comment