New Normal Life’ Yang Dipaksakan Tanpa Kesiapan

Oleh : Watini Alfadiyah, S. Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Pengamat Sosial)
Pandemi covid-19 kini belum tampak ada penurunan atau terhenti, namun pemerintah sudah merilis  beberapa skenario untuk new normal life.
Namun, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Hermawan Saputra mengkritik persiapan pemerintah menjalankan kehidupan new normal. Menurut dia belum saatnya, karena temuan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari.
“Saya kira baru tepat membicarakan new normal ini sekitar minggu ketiga/empat Juni nanti maupun awal Juli. Nah, sekarang ini terlalu gegabah kalau kita bahas dan memutuskan segera new normal itu,” ujar Hermawan. (Senin, 25/05/2020/Merdeka.com).
Seiring dengan hal tersebut, Pemerintah menerbitkan protokol baru dalam lingkungan pekerjaan ketika sudah masuk bekerja. Perusahaan diminta mengatur jarak antarpekerja minimal 1 meter.
Hal itu tertuang dalam Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang Protokol Pencegahan Penularan Corona Virus Disease (COVID-19) di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (Area Publik) dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha.
“Melakukan pembatasan jarak fisik minimal 1 meter: 1) Memberikan tanda khusus yang ditempatkan di lantai area padat pekerja seperti ruang ganti, lift, dan area lain sebagai pembatas jarak antar pekerja. 2) Pengaturan jumlah pekerja yang masuk agar memudahkan penerapan menjaga jarak. 3) Pengaturan meja kerja, tempat duduk dengan jarak minimal 1 meter,” tulis dalam surat edaran tersebut.(25/05/2020/detikNews.com).
Pemerintah tampaknya akan segera melonggarkan aktivitas sosial serta ekonomi dan bersiap kembali beraktivitas dengan skenario new normal. Pemerintah sudah gencar mewacanakan ini dan mulai menerapkannya pada lingkungan kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).(25/05/2020/CNBC IndonesiaNews).
Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Dwi Wahyu Atmaji mengatakan skenario ini merupakan pedoman yang disiapkan agar PNS dapat bekerja optimal selama vaksin Corona belum ditemukan. Dia mengatakan waktu penerapan skenario kerja ‘new normal’ ini akan bergantung pada arahan dari Gugus Tugas Covid-19.
“Ya kita harus realistis saja bahwa Corona ini belum ada obat/vaksin, jadi harus tetap waspada,” ujar Wahyu. (Minggu ,24/5/2020/detikcom).
Serupa, Dosen Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menyebut new normal dalam menghadapi dampak buruk pandemi Covid-19 ini perlu segera dipertegas. Presiden harus punya keberanian membuat terobosan program yang jelas tentang hidup berdampingan dengan corona.
Menurut Emrus, terobosan cerdas penting dilakukan sebab hingga saat ini belum ada lembaga penelitian yang kredibel di seluruh dunia yang mampu membuat kesimpulan kapan pandemi berakhir. Karenanya, solusi terbaik sifatnya temporer, atau boleh jadi ke depan menerapkan kebiasaan sosial, budaya baru, atau kehidupan normal baru, secara permanen.
Untuk itu, pemerintah pusat, harus bekerja keras agar semua masyarakat dapat beradaptasi dengan fenomena penyebaran dan dampak Covid-19. Kementerian dan lembaga pemerintah kudu membuat program unggulan dalam rangka mengantarkan seluruh masyarakat di Indonesia masuk ke pintu gerbang perubahan, yaitu kehidupan normal baru dan hidup berdampingan dengan Covid-19.(29/05/2020/wartaekonomi.co.id).
Telah tampak pemerintah sudah merilis beberapa skenario new normal life untuk pekerja (PNS, BUMN, dan Perusahaan). Dimana semua itu dilakukan dalam rangka upaya untuk menormalkan kondisi perekonomian, sementara disisi lain tidak diiringi dengan peningkatan penanganan wabah dari aspek kesehatan. Hingga sampai saat ini jumlah kasus terus meningkat dan belum mengalami penurunan. Dengan demikian, pada dasarnya pemerintah belum memiliki peta jalan untuk new normal life. Tetapi hanya mengikuti tren global tanpa menyiapkan perangkat yang memadai agar tidak muncul masalah baru yang justru lebih pelik.   Yakni membuat kebijakan yang bertujuan untuk membangkitkan perekonomian namun disisi lain membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Dengan begitu, alih-alih bangkitnya perekonomian tetapi justru wabah pandemi covid-19 gelombang ke dua akan mengintai di depan mata.
Lain halnya dengan kepemimpinan dalam sistem Islam. Dimana pemimpin dalam membuat kebijakan akan selalu berfikir untuk kemaslahatan semuanya. Merpertimbangkan dari berbagai aspek dan bersifat meriayah (mengatur urusan) atas manusia seluruhnya. Sehingga tidak akan berfikir untung rugi sebagaimana bak rezim saat ini. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ
Siapa yang diserahi oleh Allah untuk mengatur urusan kaum Muslim, lalu dia tidak mempedulikan kebutuhan dan kepentingan mereka, maka Allah tidak akan mempedulikan kebutuhan dan kepentinganya (pada Hari Kiamat). (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Inilah gambaran kepemimpinan dalam Islam tatkala diserahi jabatan kepemimpinan beranggapan bahwa itu amanah yang akan ditunaikan dengan kebijakan-kebijakan dalam upaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Semisal tatkala terjadi wabah  pernah diadakan kebijakan karantina, tatkala  penyakit masih menyerang suatu negara. Akses ke luar masuk, dibatasi. Sehingga orang sakit tidak berinteraksi dengan yang sehat. Pemimpin turun tangan sendiri tanpa dikendalikan atau membebek   pihak lain dalam hal membuat kebijakan untuk menyiapkan segala sarana dan prasarana yang ada demi memutus penyebaran wabah tersebut. Masyarakat juga mentaati karena pemimpin peduli dan bersungguh-sungguh menjaga kebutuhan rakyatnya.
Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninginggalkan tempat itu. (HR al-Bukhari). Hal yang demikian diterapkan dan ditaati oleh rakyat yang dipimpin sehingga wabah terhenti karena diberlakukannya kebijakan darurat tersebut. Dengan demikian, tatkala wabah memang telah terhenti ‘New Normal Life’ akan terjadi dengan persiapan-persiapan tanpa dipaksakan. Wallahu a’lam bi as-showab.
Facebook Comments