Masker Oksigen Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Ditemukan Penyelam Kopaska

Masker Oksigen Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Ditemukan Penyelam Kopaska

JAKARTA~Nusantaranews~Tim penyelam gabungan menemukan bagian pesawat dengan logo Sriwijaya Air SJ 182, Sabtu (16/1/2021).

Terlihat jelas logo Sriwijaya Air berwarna emas pada serpihan berukuran kurang lebih 1,5 meter itu.

Serpihan tersebut langsung dibawa tim penyelam Kopaska TNI Angkatan Laut (AL) ke permukaan.

Tampak, puing-puing pesawat Sriwijaya Air berserakan di dasar laut.

Tak hanya itu, penyelam bahkan turut menemukan masker oksigen yang digunakan pilot.

Pencarian hari ke-7 kemarin, penyelam langsung mengumpulkan seluruh temuannya untuk dibawa ke JICT II, Tanjung Priok.

Sementara itu, hingga Sabtu (16/1/2021), pencarian puing dan korban Sriwijaya Air sudah memasuki hari ke-8.

Selain pencarian korban, Badan SAR Nasional (Basarnas) memfokuskan pencarian terhadap bagian black box CVR yang masih hilang.

Para penyelam baru menemukan pembungkus serta baterai black box CVR pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Sementara itu, data serta memori CVR yang hilang masih terus dalam pencarian.

Mantan investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ruth Hanna Simatupang, menganalisis penyebab pecahnya black box (kotak hitam) yang ditemukan di antara puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Apa Kabar Indonesia di TvOne, Selasa (12/1/2021).

Diketahui kotak hitam berisi cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR) yang bermanfaat untuk investigasi penyebab kecelakaan.

Namun tim penyelam baru menemukan bagian FDR, sedangkan CVR masih dalam proses pencarian.

Menanggapi fakta tersebut, Ruth mencoba menganalisis penyebab kotak hitam itu tercerai-berai saat jatuh ke laut.

“Kalau melihat pecahan seperti itu dan dia bisa sampai terpisah dari kotak yang harusnya bersama, samping-sampingan,” kata Ruth Hanna Simatupang.

“Saya pikir ini berarti ini benturannya sangat keras sekali,” komentarnya.

Diketahui bahan kotak hitam dipersiapkan untuk menghadapi berbagai macam kondisi, seperti kebakaran dan terbenam di dalam air.

Ruth menyinggung fakta bahwa mesin pesawat masih menyala saat jatuh ke perairan Kepulauan Seribu.

Diketahui pesawat itu jatuh dari ketinggian 10.000 kaki setelah 4 menit mengudara dari Bandara Soekarno-Hatta.

Ruth menilai pesawat Boeing 737-500 tersebut jatuh dengan kecepatan tinggi sebelum akhirnya menghantam permukaan laut.

“Tadi sudah dirilis oleh KNKT juga bahwa mesin masih hidup ketika menghantam laut,” ungkit Ruth.

“Berarti posisi jatuhnya cepat sekali karena berhenti di 250 dari ketinggian 10.000 dengan cepat,” jelasnya.

“Kemudian dia baru menghantam laut,” lanjut mantan investigator KNKT ini.

Proses hantaman yang sangat cepat ini diduga menjadi penyebab kotak hitam SJ 182 terpecah-belah saat ditemukan.

“Proses itu, hantaman yang dari atas itu, yang membuat dia terlepas. ‘Kan dia biasanya ada di ekor pesawat, jadi dia terlepas,” kata Ruth.

“Mungkin black box-nya sudah keluar dari pesawat, ternyata belum. Begitu menghantam, baru dia terlepas. Kemungkinan begitu,” tambah dia.

Temukan Dompet Penumpang

Dompet milik korban Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh pada Sabtu (9/1/2021) lalu akhirnya ditemukan.

Dompet tersebut atas nama Indah Halimah Putri.

Isinya pun masih lengkap, bahkan uang di dalamnya utuh.

Dompet milik Indah berhasil ditemukan tim penyelam Kopaska.

“Kita menemukan satu dompet ada KTP atas nama Indah Halimah Putri.”

“Ini masih lengkap KTP-nya beserta NPWP, juga masih ada uangnya utuh,” terang Panglima Koarmada I TNI AL, Laksamana Muda TNI Abdul Rasyid, Jumat (15/1/2021), dikutip Tribunnews dari Kompas.com

Selain barang pribadi korban Sriwijaya Air, tim penyelam Kopaska juga menemukan serpihan material pesawat.

“Tim penyelam Kopaska menemukan serpihan material pesawat yang sudah kita kumpulkan di atas sini (KRI Rigel),” lanjut Rasyid.

Semua temuan tersebut akan diserahkan pada Basarnas di JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, untuk ditindaklanjuti oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Diketahui, mulai Jumat hari ini, area pencarian korban dan serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 diperluas.

“Pencarian lewat udara tetap kita lakukan dengan area yang diperluas,” ujar Direktur Operasi Basarnas, Brigjen TNI (Marsekal), Rasman, Jumat, dilansir Kompas.com.

Rasman menjelaskan ada tiga sektor yang direncanakan dalam pencarian udara oleh Search Rescue Unit (SRU) Udara.

Sektor pertama dilakukan pencarian pada ketinggian sekitar seribu kaki menggunakan Helikopter Basarnas HR-1301.

Kemudian yang kedua dilakukan Polisi Udara pada ketinggian 1.500 kaki.

Terakhir, sektor ketiga dilakukan TNI di ketinggian seribu kaki.

Rasman memperkirakan korban Sriwijaya Air terbawa arus, menjauh dari titik di sekitar Pulau Laki dan Lancang.

Tim SAR gabungan pun juga memperluas pencarian untuk sektor permukaan.

Pencarian dilakukan menggeser ke arah pantai, utamanya pesisir pulau-pulau besar di sekitar Tanjung Kait, Kabupaten Tangerang, Banten.

Lalu mengarah ke sekitar Pulau Bokor, Pulau Rambut, dan Pulau Untung Jawa, yang merupakan gugus Kepulauan Seribu.

“Walau sama di enam sektor, khusus (pencarian) di atas permukaan saya geser sedikit ke arah pantai. Kenapa?”

“Karena angin dari kemarin itu dari barat ke selatan, sehingga kalau ada yang hanyut itu bergeser ke arah pesisir pulau besar terutama sekitar Tanjung Kait,” jelasnya.

Tak hanya itu, operasi pencarian yang hari ini telah memasuki hari ketujuh, akan diperpanjang hingga Senin (18/1/2021).

12 Korban Berhasil Diidentifikasi

Hingga Kamis (14/1/2021) malam, total 12 korban Sriwijaya Air SJ-182 berhasil diidentifikasi.

Tiga korban telah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.

Mereka adalah Okky Bisma, Asy Habul Yamin, dan Fadly Satrianto.

Dikutip dari Kompas.com, berikut daftar 12 korban teridentifikasi:

1. Okky Bisma (30), pramugara Sriwijaya Air

2. Fadly Satrianto (38), co-pilot Sriwijaya Air

3. Khasanah (50)

4. Asy Habul Yamin (36)

5. Indah Halimah Putri (26)

6. Agus Minarni (47)

7. Ricko (32)

8. Ihsan Adhlan Hakim (33)

9. Supianto (37)

10. Pipit Piyono (23)

11. Mia Tresetyani (23), pramugari Sriwijaya Air

12. Yohanes Suherdi (37)

Terkait proses identifikasi, Tim DVI Polri menegaskan pihaknya akan terus melakukan pemeriksaan sampai tidak ada lagi bagian tubuh yang diperiksa.

“Kami tetap melakukan pemeriksaan sampai tidak ada (bagian tubuh korban) yang diperiksa lagi,” ujar Kepala Tim Rekonsiliasi DVI Polri, Kombes Agung Widjajanto, Kamis.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Rusdi Hartono, mengatakan hal itu dilakukan untuk memberikan kepastian kepada keluarga korban.(Red)

Artikel ini telah tayang di Tribun Wow

Facebook Comments